BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Pada kesempatan
kali ini kami akan membahas tentang
1. Pengertian Paragraf
2. Syarat Paragraf
3. Ciri-ciri Paragraf
4. Fungsi Paragraf
5. Macam-macam Paragraf
6. Teknik Pengembangan Paragraf
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Paragraf
Paragraf
(dari bahasa
Yunani paragraphos, "menulis
di samping" atau "tertulis di samping") adalah suatu
jenis tulisan
yang memiliki tujuan atau ide.
Paragraf mempunyai beberapa pengertian: (1) paragraf ialah karangan mini.
Artinya, semua unsur karangan yang panjang ada dalam paragraf; (2) paragraf
adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat yang tersususn
secara runtut, logis, dalam satu kesatuan ide yang tersusun lengkap, utuh, dan
padu; (3) paragraf merupakan bagian dari suatu karangan yang terdiri dari
sejumlah kalimat yang mengungkapkan suatu informasi dengan pikiran utama
sebagai pengendalinya dan pikiran penjelas sebagai pendukungnya; (4) paragraf
yang terdiri atas satu kalimat berarti yang tidak menunjukkan ketuntasan atau kesempurnaan.
Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide
pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf non-fiksi biasanya
dimulai dengan umum dan bergerak lebih spesifik sehingga dapat memunculkan
argumen atau sudut pandang. Setiap paragraf berawal dari apa yang datang
sebelumnya dan berhenti untuk dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari tiga
hingga tujuh kalimat semuanya tergabung dalam pernyataan berparagraf tunggal.
Dalam fiksi prosa, contohnya;
tapi hal ini umum bila paragraf prosa terjadi di tengah atau di akhir. Sebuah
paragraf dapat sependek satu kata atau berhalaman-halaman, dan dapat terdiri
dari satu atau banyak kalimat. Ketika dialog dikutip dalam fiksi, paragraf baru
digunakan setiap kali orang yang dikutip berganti.
B.
Syarat-syarat
Paragraf
Paragraf
yang baik dan efektif harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
I. Kesatuan
Yang
dimaksud kesatuan dalam paragraf yaitu semua kalimat yang membina paragraf itu
secara bersama-sama menyatakan suatu hal, suatu tema tertentu. Sebuah paragraf
yang memiliki kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal atau beberapa
perincian, tetapi semua unsur tadi harus
haruslah bersama-sama digerakkan untuk menunjang sebuah maksud tunggal atau
tema tunggal. Maksud tunggak itulah yang ingin disampaikan oleh penulis dalam
paragraf itu.
Koherensi
Koherensi
ialah kekompakkan hubungan antara sebuah kalimat dan kalimat yang lain yang
membentuk paragraf itu, atau koherensi atau kepaduan baik dari aspek makna.
Ada
tiga macam metode untuk mencapai keterpautan yaitu:
a. Kata dan Frasa Peralihan
1. dan, tetapi, karena, sebab, namun, maka,
tentu, memang, lagi, atau, melainkan, pun, selanjutnya, malah,bahkan, meskipun,
begitu, walupun demikian, karena itu, tambahkan lagi, bagaimanapun juga, lagi
pula, di satu pihak-di pihak lain, baik-maupun, pun-lah, sementara itu.
2. pertama, kedua, ketiga: selanjutnya, kemudian, jadi, sebab itu,
akhirnya.
b. Pengulangan Kata yang Penting
c. Pengacauan dengan Kata Ganti
1. ia, mereka, -nya.
2. Ini, itu, tadi, begitu, demikian, di
atas.
II. Pertautan Antarparagraf
Tiga upaya
peralihan yang lazim dipakai untuk mencapai pertautan:
a. Pemakaian kata atau frase peralihan
seperti: (begitu) pula, berikut, lain, namun, selanjutnya, tambahan lagi, maka,
akhirnya, pada awal paragraf memberikan isyarat kepada pembaca tentang
kesinambungan gagasan dengan paragraf sebelumnya.
b. Pengulangan pemakain pada permulaan
paragraf dari kata penting yang terdapat dalam paragraf sebelumnya akan
membantu pembaca mengenali kembali hal yang telah diutarakan sehingga terasa
kesinambungan jaln pikiran penulis.
c. Pemakain Promina (kata ganti) pada awal
paragraf untuk merujuk ke sebuah nomina atau kelompok nomina dalam paragraf
sebelumnya juga memudahkan pembaca mengikuti jalan pikiran penullis yang
sinambung. Misalnya, ia, itulah (sebabnya), demikianlah, (yang tersebut) di
atas.
III. Paragraf Peralihan
Dalam makalah
yang panjang kadang-kadang paragraf yang utuh berfungsi sebagai upaya
peralihan. Paragraf itu merupakan bagian tata susunan karangan karena sifatnya
terutama menghubungkan serangkaian gagasan.
IV. Kelengkapan Paragraf
Sebuah paragraf
dikatakan lengkap apabila di dalamnya terdapat kalimat-kalimat penjelas secar lengkap
untuk menunjuk pokok pikiran atau kalimat utama. Cirri-ciri kalimat penjelas
yaitu berisi penjelasan berupa rincian, keterangan, dan contoh.
V. Pengembangan Paragraf
Paragraf dapat
dikembangkan dengan cara pertentangan, perbandingan, analogi, contoh, sebab
akibat, definisi, dan klasifikasi.
C.
Ciri-ciri
Paragraf
Ciri-ciri
paragraf:
1. Kalimat pertama bertakuk ke dalam lima ketukan spasi untuk jenis karangan
ilmiah formal misalnya: makalah, skripsi, tesis, dan disertasi. Karangan
berbentuk turus yang tidak bertakuk (block style) ditandai dengan jarak spasi
merenggang, satu spasi lebih banyak daripada jarak antarbaris lainnya.
2. Paragraf menggunakan pikiran utama
(gagasan utama) yang dinyatakan dalam kalimat topic.
3. Setiap paragraph menggunakan sebuah
kalimat topic dan selebihnya menggunakan kalimat pengembang yang berfungsi
menjelaskan, menguraikan, atau menerangkan pikiran utama yang ada dalam kalimat
topic.
4. Paragraf menggunakan pikiran penjelas
(gagasan penjelas) yang dinyatakan dalam kalimat penjelas.
D. Fungsi Paragraf
Fungsi
paragraf:
1. Mengekspresikan gagasan penulis dengan
member bentuk suatu pikiran dan persaan ke dalam serangkaian kalimat yang
tersusun secara logis dalam satu kesatuan.
2. Menandai peralihan (penggantian) gagasan
baru bagi karangan yang terdiri dari beberapa paragraf, ganti paragraf berarti
gantipikiran.
3. Memudahkan pengorganisasian gagasan bagi
penulis dan memudahkan pemahaman bagi pembacanya.
4. Memudahkan pengembangan topik karangan
ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil.
5. Memudahkan pengendalian variabel
terutama karangan yang terdiri dari beberapa variabel.
E. Macam-macam Paragraf
Macam-macam
paragraf:
Berdasarkan sifat dan tujuannya, paragraf
dapat dibedakan atas:
1. Paragraf Pembuka
Tiap
jenis karangan akan mempunyai paragraf yang membuka atau menghantarkan karangan
itu, atau mengantarkan pokok pikiran dalam bagian karangan itu. Sifat-sifat
dari paragraf pembuka harus menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup
menyiapkan pikiran pembaca kepada apa yang akan segera diuraikan. Paragraf
pembuka yang pendek jauh lebih baik, karena paragraf-paragraf yang panjang
hanya akan menimbulkan kebosanan.
Beberapa
cara yang dapat dianjurkan untuk menimbulkan minat pembaca misalnya: mulailah
dengan sebuah kutipan, peribahasa, atau anekdot; atau mulailah dengan membatasi
arti dari pokok atau subjek tersebut; menunjukkan mengapa subjek tersebut
penting; membuat tantangan atas suatu pernyataan atau pendapat; menciptakan
suatu kontras yang menarik; mengungkapkan pengalaman pribadi baik menyenangkan
maupun yang pahit; menyatakan maksud dan tujuan dari karangan itu; atau dapat
juga membuka karangan itu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
2. Paragraf Penghubung
Paragraf
penghubung adalah semua paragraf yang terdapat antara paragraf pembuka dan
penutup. Inti persoalan yang akan dikemukakan penulis terdapat dalam paragraf
ini.
3. Paragraf Penutup
Paragraf penutup
adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian
karangan. Dengan kata lain, paragraf ini mengandung kesimpulan pendapat dari
apa yang telah diuraikan dalam paragraf penghubung. Hal yang paling esensial
yaitu paragraf itu harus merupakan suatu kesimpulan yang bulat dan betul-betul
mengakhiri uraian itu, serta dapat menimbulkan banyak kesan kepada para
pembacanya.
Berdasarkan
teknik pemaparannya, paragraf dapat dibedakan atas:
1.
Narasi
adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa. Ciri-cirinya:
ada kejadian, ada pelaku, dan ada waktu kejadian. Sebuah paragraph narasi hanya ditemukan dalam
novel, cerpen, dan hikayat. Contoh:
Anak itu berjalan cepat menuju pintu rumahnya karena merasa khawatir
seseorang akan memergoki kedatangannya. Sedikit susah payah dia membuka pintu
itu. Ia begitu terkejut ketika daun pintu terbuka seorang lelaki berwajah buruk
tiba-tiba berdiri di hadapannya. Tanpa berpikir panjang ia langsung mengayunkan
tinjunya ke arah perut lelaki misterius itu. Ia semakin terkejut karena
ternyata lelaki itu tetap bergeming. Raut muka lelaki itu semakin menyeramkan,
bagaikan seekor singa yang siap menerkam. Anak itu pun memukulinya berulang
kali hingga ia terjatuh tak sadarkan diri.
2.
Deskripsi
adalah paragraf yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seakan bisa
melihat, mendengar, atau merasa objek yang digambarkan itu. Objek yang
dideskripsikan dapat berupa orang, benda, atau tempat.Ciri-cirinya: ada objek
yang digambarkan. Contoh:
Perempuan itu tinggi semampai. Jilbab warna ungu yang menutupi
kepalanya membuat kulit wajanya yang kuning nampak semakin cantik. Matanya
bulat bersinar disertai bulu mata yang tebal. Hidungnya mancung sekali mirip
dengan para wanita palestina.
3.
Eksposisi
disebut juga paragraf paparan adalah paragraf yang menginformasikan suatu
teori, teknik, kiat, atau petunjuk sehingga orang yang membacanya akan
bertambah wawasannya. Ciri-cirinya: ada informasi. Contoh:
Pasar
Tanah Abang adalah pasar yang kompleks. Di lantai dasar terdapat Sembilan puluh
kios penjual kain dasar. Setiap hari rata-rata terjual tiga ratus meter untuk
setiap kios. Dari data ini dapat diperkirakan berapa besarnya uang yang masuk
ke kas DKI dari Pasar Tanah Abang.
4.
Argumentasi
adalah paragraf yang mengemukakan suatu pendapat beserta alasannya.
Ciri-cirinya: ada pendapat dan ada alasannya. Contoh:
Dua tahun terakhir, terhitung sejak Boeing B-737
milik maskapai penerbangan Aloha Airlines celaka, isu pesawat tua mencuat ke permukaan.
Ini bias dimaklumi sebab pesawat yang badannya koyak sepanjang 4 meter itu
sudah dioperasikan lebih dari 19 tahun. Oleh karena itu, cukup beralasan jika
orang menjadi cemas terbang dengan pesawat berusia tua. Di Indonesia, yang
mengagetkan lebih dari 60% pesawat yang beroperasi adalah pesawat tua. Amankah?
Kalau memang aman, lalu bagaimana cara merawatnya dan berapa biayanya sehingga
ia tetap nyaman dinaiki?
5.
Persuasi
adalah paragraf yang mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca agar melakukan
sesuatu. Ciri-cirinya: ada bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu. Contoh:
Sebaiknya pemerintah melakukan penghematan. Selama ini, pemerintah
boros dengan cara tiap tahun membeli ribuan mobil dinas baru serta membangun
kantor-kantor baru dan guest house. Pemerintah juga selalu menambah
jumlah PNS tanpa melakukan perampingan, membeli alat tulis kantor (ATK) secara
berlebihan, dan sebagainya. Padahal, dana yang dimiliki tidak cukup untuk itu.
Berdasarkan
teknik pemaparannya, paragraf dapat dibedakan atas:
1.
Paragraf
deduktif adalah paragraf yang dimulai dengan
mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan
kalimat-kalimat penjelas. Contoh:
Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya sudah
diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati
hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya membuka usaha baru.
2.
Paragraf
Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan
mengemukakan penjelasan-penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat topik. Paragraf
induktif dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu generalisasi, analogi, dan
kausalitas.
♦ Generalisasi adalah pola pengembangan paragraf yang
menggunakan beberapa fakta khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat
umum. Contoh:
Setelah karangan anak-anak kelas tiga diperiksa, ternyata Ali, Toto,
Alex, dan Burhan, mendapat nilai delapan. Anak-anak yang lain mendapat nilai
tujuh. Hanya Maman yang enam dan tidak seorang pun mendapat nilai kurang. Oleh
karena itu, boleh dikatakan anak-anak kelas tiga cukup pandai mengarang.
Yang menjadi penjelasannya di atas adalah:
1. Pemerolehan nilai Ali, Toto, Alex,
Burhan, Maman, dan anak-anak kelas tiga yang lain merupakan peristiwa khusus.
- Peristiwa khusus itu kita
hubung-hubungkan dengan penalaran yang logis.
- Kesimpulan atau pendapat yang kita
peroleh adalah bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang.
- Kesimpulan bahwa anak kelas tiga
cukup pandai mengarang, mencakup Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan
anak-anak lainnya. Dalam kesimpulan terdapat kata cukup karena Maman hanya
mendapat nilai enam. Jika Maman juga mendapat nilai tujuh atau delapan,
kesimpulannya adalah semua anak kelas tiga pandai mengarang.
♦ Analogi adalah pola penyusunan paragraf yang berisi
perbandingan dua hal yang memiliki sifat sama. Pola ini berdasarkan anggapan
bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula
dalam bidang yang lain. Contoh:
Alam semesta berjalan dengan sangat teratur, seperti halnya mesin.
Matahari, bumi, bulan, dan binatang yang berjuta-juta jumlahnya, beredar dengan
teratur, seperti teraturnya roda mesin yang rumit berputar. Semua bergerak
mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu ada penciptanya, yaitu manusia.
Tidakkah alam yang Mahabesar dan beredar rapi sepanjang masa ini tidak ada penciptanya?
Pencipta alam tentu adalah zat yang sangat maha. Manusia yang menciptakan
mesin, sangat sayang akan ciptaannya. Pasti demikian pula dengan Tuhan, yang
pasti akan sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.
Dalam paragraf di atas, penulis membandingkan mesin dengan alam
semesta. Mesin saja ada penciptanya, yakni manusia sehingga penulis
berkesimpulan bahwa alam pun pasti ada pula penciptanya. Jika manusia sangat
sayang pada ciptaannya itu, tentu demikian pula dengan Tuhan sebagai pencipta
alam. Dia pasti sangat sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.
♦ Hubungan Kausal Hubungan kausal adalah pola penyusunan
paragraf dengan menggunakan fakta-fakta yang memiliki pola hubungan
sebab-akibat. Misalnya, jika hujan-hujanan, kita akan sakit kepala atau Rini
pergi ke dokter karena ia sakit kepala. Ada tiga pola hubungan kausalitas,
yaitu sebab-akibat, akibat-sebab, dan sebab-akibat 1 akibat 2.
·
Penalaran ini
berawal dari peristiwa yang merupakan sebab, kemudian sampai pada kesimpulan
sebagai akibatnya. Polanya adalah A mengakibatkan B. Contoh:
Era
Reformasi tahun pertama dan tahun kedua ternyata membuahkan hasil yang
membesarkan hati. Pertanian, perdagangan, dan industri, dapat direhabilitasi
dan dikendalikan. Produksi nasional pun meningkat. Ekspor kayu dan naiknya
harga minyak bumi di pasaran dunia menghasilkan devisa bermiliar dolar AS bagi
kas negara. Dengan demikian, kedudukan rupiah menjadi kian mantap. Ekonomi
Indonesia semakin mantap sekarang ini. Oleh karena itu, tidak mengherankan
apabila mulai tahun ketiga Era Reformasi ini, Indonesia sudah sanggup menerima
pinjaman luar negeri dengan syarat yang kurang lunak untuk membiayai
pembangunan.
Hal penting
yang perlu kita perhatikan dalam membuat kesimpulan pola sebab-akibat adalah
kecermatan dalam menganalisis peristiwa atau faktor penyebab.
·
Dalam pola ini
kita memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita
analisis untuk mencari penyebabnya. Contoh:
Kemarin Badu
tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke apotek
membeli obat. Karena itu, pasti Badu itu sedang sakit.
·
Suatu penyebab
dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang
menimbulkan akibat kedua. Demikian seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa
akibat. Contoh:
Mulai
tanggal 17 Januari 2002, harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik.
Minyak tanah, premium, solar, dan lain-lain dinaikkan harganya. Hal ini karena
Pemerintah ingin mengurangi subsidi dengan harapan supaya ekonomi Indonesia
kembali berlangsung normal. Karena harga bahan bakar naik, sudah barang tentu
biaya angkutan pun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga
barang-barang pasti akan ikut naik karena biaya tambahan untuk transportasi
harus diperhitungkan. Naiknya harga barang-barang akan dirasakan berat oleh
rakyat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang harus diimbangi dengan usaha
menaikkan pendapatan masyarakat.
3.
Paragraf
Campuran adalah paragraf yang dimulai dengan
mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti
kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat topik.Kalimat topik yang
ada pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal paragraf. Contoh:
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari
komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana
komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern.
Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju seperti sekarang ini
tanpa adanya sarana komunikasi.
F.
Teknik Pengembangan
Paragraf
a.
Cara
Pertentangan
Biasanya menggunakan ungkapan-ungkapan seperti: berbeda dari,
bertentangan dengan, sedangkan, lain halnya dengan, akan tetapi, dan bertolak
belakang dari.
b.
Cara
Perbandingan
Biasanya menggunakan ungkapan seperti: serupa dengan, seperti
halnya, demikian juga, sama dengan, sejalan dengan, akan tetapi, sedangkan, dan
sementara itu.
c.
Cara
Analogi
Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang dijelaskan
dengan objek lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan. Biasanya pengembangan
analogi dilakukan dengan bantuan kiasan. Kata-kata yang digunakan yaitu
ibaratnya, seperti, dan bagaikan.
d.
Cara
Contoh-contoh
Kata seperti : misalnya dan contohnya.
e.
Cara Sebab
Akibat
Pengembangan paragraf dengan cara sebab akibat dilakukan jika
menerangkan suatu kejadian, baik dari segi penyebab maupun dari segi akibat.
Ungkapan yang digunakan yaitu: padahal, akibatnya, oleh karena itu, dank arena.
f.
Cara
Definisi
Kata-kata yang digunakan yaitu, adalah, ialah, dan merupakan. Kata
yaitu digunakan jika sesuatu yang akan didefinisikan diawali dengan kata kerja
atau sifat. Kata adalah digunkan jika sesuatu yang akan didefinisikan diawali
dengan kata benda. Kata ialah digunakan jika akan menjelaskan sinonim suatu
hal. Kata merupakan digunakan jika akan mendefinisikan pengertian rupa atau
wujud.
g.
Cara
Klarifikasi
Yaitu pengembangan paragraf melalui pengelompokan berdasarkan
cirri-ciri tertentu. Kata-kata yang digunakan yaitu: dibagi menjadi,
digolongkan menjadi, terbagi menjadi, dan mengklasifikasikan.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Alek dan Achmad. 2011. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi . Jakarta : Kencana.
Arifin, Zaenald. 2002. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Akademika Presindo.
Rahardi, Kunjana. 2009.
Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang. Jakarta: Erlangga.
http://id.wikipedia.org/wiki/Paragraf